Investasi Saham Jangan Sekadar Ikut-ikutan
investasi-saham-jangan-sekadar-ikut-ikutan
KOLABORASI.COM, Jakarta – Dari tahun ke tahun, minat masyarakat untuk berinvestasi saham terus meningkat. Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor saham mencapai 4,59 juta, naik 3,53% dari posisi akhir 2022 sebanyak 4,44 juta. Mengacu data itu, tercatat ada penambahan 156.609 investor dalam tiga bulan berjalan tahun 2023.
Catatan tersebut semakin fantastis jika ditarik lebih jauh ke belakang. Pada 2018, jumlah investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) baru mencapai 852.240. Artinya, dalam kurun waktu empat tahun lebih, investor saham di Indonesia bertambah 3,74 juta atau tumbuh 439,35%.
Dalam beberapa kesempatan, manajemen BEI pernah menyampaikan, pertumbuhan jumlah investor saham meningkat sejalan dengan hadirnya teknologi digital. Fasilitas ini pula yang memudahkan masyarakat dalam berinvestasi saham karena bisa dilakukan di mana dan kapan saja selama gawai kita terkoneksi internet.
Sayangnya, edukasi mengenai investasi saham yang benar belum begitu menyeluruh kepada para investor yang tercatat itu. Sebagian masih ada yang sebatas “main” saham dan sekadar coba-coba karena tergiur untung besar. Bahkan, pada 2021 lalu dunia pasar modal sempat heboh dengan adanya petisi berjudul “Ban Pom-Pomers Saham di Indonesia” yang ditandatangani sekitar 5.000 orang. Petisi yang ditujukan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI itu meminta para regulator pasar modal untuk menindak para pompom saham yang mulai merugikan banyak investor.
Dari sini, sangat jelas bagaimana masih banyak investor saham yang kurang memahami bagaimana memilih saham yang benar. Bukan sekadar ikut-ikutan. Bukan pula hanya bermodal informasi dari nama tenar. Hal itu pun terbilang wajar jika melihat indeks literasi dan inklusi pasar modal Indonesia. Hingga 2022, tingkat literasi pasar modal berada pada level justru turun dari posisi 2019 di level 4,92% menjadi 4,11%, sementara untuk tingkat inklusi naik lebih tinggi dari 1,55% menjadi 5,19%.
Lantas, bagaimana seharusnya berinvestasi saham yang benar?
Bagi investor pemula, ada baiknya jangan dulu mulai dengan menjadi trader. Salah satu karakteristik investor ini lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek dengan cara memantau layar perdagangan setiap hari, mengambil posisi beli berdasarkan rumor, tanpa memperhatikan fundamental perusahaan tercatat. Maka jadilah investor yang benar-benar investor. Artinya, berinvestasi untuk keuntungan jangka panjang dengan mengandalkan fundamental sebagai dasar untuk memilih saham yang harus dibeli.
Menjadi investor juga sama dengan menabung saham. Naik turun harga saham itu hal biasa. Tapi kinerja perusahaan yang sahamnya kita pilih bisa jadi modal masa depan dengan berharap dari bagian dari keuntungan perusahaan (dividen). Syukur-syukur, harga sahamnya ikut naik sehingga tetap bisa mendapat keuntungan dari kenaikan harga (capital gain). Satu hal lain yang perlu para investor pemula tahu, setiap investasi punya risiko. Semakin tinggi keuntungan yang akan kita dapat, semakin besar pula risiko yang akan kita hadapi.
Baca Juga :
Deretan Rekomendasi Film 2023. Wajib Nonton!TAGS:
References (15)
- Edit Post Edit This Post within a Hour
- Hide Post Hide This Post
- Delete Post If inappropriate Post By Mistake
- Report Inappropriate content
- Edit Post Edit This Post within a Hour
- Hide Post Hide This Post
- Delete Post If inappropriate Post By Mistake
- Report Inappropriate content
- Edit Post Edit This Post within a Hour
- Hide Post Hide This Post
- Delete Post If inappropriate Post By Mistake
- Report Inappropriate content
WEBINAR
Investasi Saham Jangan Sekadar Ikut-ikutan
investasi-saham-jangan-sekadar-ikut-ikutan
KOLABORASI.COM, Jakarta – Dari tahun ke tahun, minat masyarakat untuk berinvestasi saham terus meningkat. Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor saham mencapai 4,59 juta, naik 3,53% dari posisi akhir 2022 sebanyak 4,44 juta. Mengacu data itu, tercatat ada penambahan 156.609 investor dalam tiga bulan berjalan tahun 2023.
Catatan tersebut semakin fantastis jika ditarik lebih jauh ke belakang. Pada 2018, jumlah investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) baru mencapai 852.240. Artinya, dalam kurun waktu empat tahun lebih, investor saham di Indonesia bertambah 3,74 juta atau tumbuh 439,35%.
Dalam beberapa kesempatan, manajemen BEI pernah menyampaikan, pertumbuhan jumlah investor saham meningkat sejalan dengan hadirnya teknologi digital. Fasilitas ini pula yang memudahkan masyarakat dalam berinvestasi saham karena bisa dilakukan di mana dan kapan saja selama gawai kita terkoneksi internet.
Sayangnya, edukasi mengenai investasi saham yang benar belum begitu menyeluruh kepada para investor yang tercatat itu. Sebagian masih ada yang sebatas “main” saham dan sekadar coba-coba karena tergiur untung besar. Bahkan, pada 2021 lalu dunia pasar modal sempat heboh dengan adanya petisi berjudul “Ban Pom-Pomers Saham di Indonesia” yang ditandatangani sekitar 5.000 orang. Petisi yang ditujukan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI itu meminta para regulator pasar modal untuk menindak para pompom saham yang mulai merugikan banyak investor.
Dari sini, sangat jelas bagaimana masih banyak investor saham yang kurang memahami bagaimana memilih saham yang benar. Bukan sekadar ikut-ikutan. Bukan pula hanya bermodal informasi dari nama tenar. Hal itu pun terbilang wajar jika melihat indeks literasi dan inklusi pasar modal Indonesia. Hingga 2022, tingkat literasi pasar modal berada pada level justru turun dari posisi 2019 di level 4,92% menjadi 4,11%, sementara untuk tingkat inklusi naik lebih tinggi dari 1,55% menjadi 5,19%.
Lantas, bagaimana seharusnya berinvestasi saham yang benar?
Bagi investor pemula, ada baiknya jangan dulu mulai dengan menjadi trader. Salah satu karakteristik investor ini lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek dengan cara memantau layar perdagangan setiap hari, mengambil posisi beli berdasarkan rumor, tanpa memperhatikan fundamental perusahaan tercatat. Maka jadilah investor yang benar-benar investor. Artinya, berinvestasi untuk keuntungan jangka panjang dengan mengandalkan fundamental sebagai dasar untuk memilih saham yang harus dibeli.
Menjadi investor juga sama dengan menabung saham. Naik turun harga saham itu hal biasa. Tapi kinerja perusahaan yang sahamnya kita pilih bisa jadi modal masa depan dengan berharap dari bagian dari keuntungan perusahaan (dividen). Syukur-syukur, harga sahamnya ikut naik sehingga tetap bisa mendapat keuntungan dari kenaikan harga (capital gain). Satu hal lain yang perlu para investor pemula tahu, setiap investasi punya risiko. Semakin tinggi keuntungan yang akan kita dapat, semakin besar pula risiko yang akan kita hadapi.
Apr 11, 2023 last edited03 comments
References (15)
- Edit Post Edit This Post within a Hour
- Hide Post Hide This Post
- Delete Post If inappropriate Post By Mistake
- Report Inappropriate content
- Edit Post Edit This Post within a Hour
- Hide Post Hide This Post
- Delete Post If inappropriate Post By Mistake
- Report Inappropriate content
- Edit Post Edit This Post within a Hour
- Hide Post Hide This Post
- Delete Post If inappropriate Post By Mistake
- Report Inappropriate content
03 comments
willimes doe
12 june 2017 replyQuis autem velum iure reprehe nderit. Lorem ipsum dolor sit amet adipiscing egetmassa pulvinar eu aliquet nibh dapibus.
Qlark Jack
22 july 2017 replyQuis autem velum iure reprehe nderit. Lorem ipsum dolor sit amet adipiscing egetmassa pulvinar eu aliquet nibh dapibus.
Olivia Take
15 jan 2016 replyQuis autem velum iure reprehe nderit. Lorem ipsum dolor sit amet adipiscing egetmassa pulvinar eu aliquet nibh dapibus.